Petikan: "Syaikh Rabi bin Hadi Al Makhdali
berkata dalam kitabnya, Al Haddul Fashil, hal.136, "Aku telah
mendapatkan aqidah beliau (Syaikh Abdul Qadir Al Jailani) di dalam
kitabnya yang bernama Al Ghunyah. Maka aku mengetahui dia sebagai
seorang Salafi. Beliau menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah dan
aqidah-aqidah lainnya di atas manhaj salaf. Beliau juga membantah
kelompok-kelompok Syiah, Rafidhah, Jahmiyyah, Jabariyyah, Salimiyah,
dan kelompok lainnya dengan manhaj Salaf."
Asy-Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani
Biografi Syaikh Abdul Qadir Al Jailani termuat
dalam kitab Adz Dzail Ala Thabaqil Hanabilah I/301-390, nombor 134,
karya Imam Ibnu Rajab Al Hambali. Tetapi, buku ini belum
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Beliau adalah seorang ulama besar sehingga
suatu kewajaran jika sekarang ini banyak kaum muslimin menyanjungnya
dan mencintainya. Akan tetapi kalau meninggi-ninggikan derajat beliau
berada di atas Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam, maka hal ini
merupakan suatu kekeliruan. Karena Rasulullah shallallaahu alaihi wa
sallam adalah rasul yang paling mulia di antara para nabi dan rasul
yang derajatnya tidak akan pernah bisa dilampaui di sisi Allah oleh
manusia siapapun.
Ada juga sebagian kaum muslimin yang menjadikan
Syaikh Abdul Qadir Al Jailani sebagai wasilah (perantara) dalam doa
mereka. Berkeyakinan bahwa doa seseorang tidak akan dikabulkan oleh
Allah, kecuali dengan perantaraannya. Ini juga merupakan kesesatan.
Menjadikan orang yang sudah meninggal sebagai
perantara tidak ada syariatnya dan ini sangat diharamkan. Apalagi
kalau ada yang berdoa kepada beliau. Ini adalah sebuah kesyirikan
besar. Sebab doa merupakan salah satu bentuk ibadah yang tidak boleh
diberikan kepada selain Allah. Allah melarang makhluknya berdoa
kepada selainNya. Allah berfirman, yang artinya:
"Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah
kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di
dalamnya di samping (menyembah) Allah." (QS. Al Jin:18)
Kelahirannya
Syaikh Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang alim di Baghdad yang lahir pada tahun 490/471 H di kota Jailan atau disebut juga Kailan. Sehingga di akhir nama beliau ditambahkan kata Al Jailani atau Al Kailani atau juga Al Jiliy.
Syaikh Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang alim di Baghdad yang lahir pada tahun 490/471 H di kota Jailan atau disebut juga Kailan. Sehingga di akhir nama beliau ditambahkan kata Al Jailani atau Al Kailani atau juga Al Jiliy.
Pendidikannya
Pada usia yang masih muda beliau telah merantau ke Baghdad dan meninggalkan tanah kelahirannya. Di sana beliau belajar kepada beberapa orang ulama seperti Ibnu Aqil, Abul Khatthath, Abul Husein Al Farra dan juga Abu Saad Al Mukharrimi sehingga mampu menguasai ilmu-ilmu ushul dan juga perbedaan-perbedaan pendapat para ulama.
Pada usia yang masih muda beliau telah merantau ke Baghdad dan meninggalkan tanah kelahirannya. Di sana beliau belajar kepada beberapa orang ulama seperti Ibnu Aqil, Abul Khatthath, Abul Husein Al Farra dan juga Abu Saad Al Mukharrimi sehingga mampu menguasai ilmu-ilmu ushul dan juga perbedaan-perbedaan pendapat para ulama.
Pemahamannya
Beliau seorang Imam bermadzhab Hambali. Menjadi guru besar madzhab ini pada masa hidup beliau. Beliau adalah seorang alim yang beraqidah ahlus sunnah mengikuti jalan Salafush Shalih. Dikenal banyak memiliki karamah-karamah. Tetapi banyak pula orang yang membuat-buat kedustaan atas nama beliau. Kedustaan itu baik berupa kisah-kisah, perkataan-perkataan, ajaran-ajaran, "thariqah" yang berbeda dengan jalan Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam, para sahabatnya dan lainnya.
Beliau seorang Imam bermadzhab Hambali. Menjadi guru besar madzhab ini pada masa hidup beliau. Beliau adalah seorang alim yang beraqidah ahlus sunnah mengikuti jalan Salafush Shalih. Dikenal banyak memiliki karamah-karamah. Tetapi banyak pula orang yang membuat-buat kedustaan atas nama beliau. Kedustaan itu baik berupa kisah-kisah, perkataan-perkataan, ajaran-ajaran, "thariqah" yang berbeda dengan jalan Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam, para sahabatnya dan lainnya.
Syaikh Abdul Qadir Al Jailani menyatakan dalam
kitabnya, Al Ghunyah, "Dia (Allah) di arah atas, berada di atas
ArsyNya, meliputi seluruh kerajaanNya. IlmuNya meliputi segala
sesuatu. "Kemudian beliau menyebutkan ayat-ayat dan
hadits-hadits, lalu berkata, "Sepantasnya menetapkan sifat
istiwa (Allah berada di atas ArsyNya) tanpa takwil (menyimpangkan
kepada makna lain). Dan hal itu merupakan istiwa dzat Allah di atas
Arsy.
Dakwahnya
Suatu ketika Abu Saad Al Mukharrimi membangun sekolah kecil di sebuah daerah yang bernama Babul Azaj dan pengelolaannya diserahkan sepenuhnya kepada Syaikh Abdul Qadir. Beliau mengelola sekolah ini dengan sungguh-sungguh. Bermukim di sana sambil memeberikan nasehat kepada orang-orang yang ada di sana, sampai beliau meninggal dunia di daerah tersebut.
Suatu ketika Abu Saad Al Mukharrimi membangun sekolah kecil di sebuah daerah yang bernama Babul Azaj dan pengelolaannya diserahkan sepenuhnya kepada Syaikh Abdul Qadir. Beliau mengelola sekolah ini dengan sungguh-sungguh. Bermukim di sana sambil memeberikan nasehat kepada orang-orang yang ada di sana, sampai beliau meninggal dunia di daerah tersebut.
Banyak sudah orang yang bertaubat demi
mendengar nasihat beliau. Banyak orang yang bersimpati kepada beliau,
lalu datang ke sekolah beliau. Sehingga sekolah ini tidak kuat
menampungnya. Maka diadakan perluasan.
Imam Adz Dzahabi dalam menyebutkan biografi
Syaikh Abdul Qadir Al Jailani dalam Siyar Alamin Nubala, menukilkan
perkataan Syaikh sebagai berikut, "Lebih dari lima ratus orang
masuk Islam lewat tanganku, dan lebih dari seratus ribu orang telah
bertaubat."
Murid-murid beliau banyak yang menjadi ulama
terkenal, seperti Al Hafidz Abdul Ghani yang menyusun Umdatul Ahkam
Fi Kalami Khairil Anam. Ibnu Qudamah penyusun kitab fiqh terkenal Al
Mughni.
Wafatnya
Beliau Wafat pada hari Sabtu malam, setelah maghrib, pada tanggal 9 Rabiul Akhir tahun 561 H di daerah Babul Azaj.
Beliau Wafat pada hari Sabtu malam, setelah maghrib, pada tanggal 9 Rabiul Akhir tahun 561 H di daerah Babul Azaj.
Pendapat ulama
Ketika ditanya tentang Syaikh Abdul Qadir Al jailani, Ibnu Qudamah menjawab, "Kami sempat berjumpa dengan beliau di akhir masa kehidupannya. Beliau menempatkan kami di sekolahnya. Beliau sangat perhatian kepada kami. Kadang beliau mengutus putra beliau Yahya untuk menyalakan lampu buat kami. Terkadang beliau juga mengirimkan makanan buat kami. Beliau senantiasa menjadi imam dalam shalat fardhu."
Ketika ditanya tentang Syaikh Abdul Qadir Al jailani, Ibnu Qudamah menjawab, "Kami sempat berjumpa dengan beliau di akhir masa kehidupannya. Beliau menempatkan kami di sekolahnya. Beliau sangat perhatian kepada kami. Kadang beliau mengutus putra beliau Yahya untuk menyalakan lampu buat kami. Terkadang beliau juga mengirimkan makanan buat kami. Beliau senantiasa menjadi imam dalam shalat fardhu."
Ibnu Rajab di antaranya mengatakan, "Syaikh
Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang yang diagungkan pada masanya.
Diagungkan oleh banyak para syaikh, baik ulama dan para ahli zuhud.
Beliau memiliki banyak keutamaan dan karamah. Tetapi ada seorang yang
bernama Al Muqri Abul Hasan Asy Syathnufi Al Mishri (orang Mesir)
mengumpulkan kisah-kisah dan keutamaan-keutamaan Syaikh Abdul Qadir
Al Jailani dalam tiga jilid kitab. Dia telah menulis perkara-perkara
yang aneh dan besar (kebohongannya). Cukuplah seorang itu dikatakan
berdusta, jika dia menceritakan segala yang dia dengar. Aku telah
melihat sebagian kitab ini, tetapi hatiku tidak tenteram untuk
meriwayatkan apa yang ada di dalamnya, kecuali kisah-kisah yang telah
masyhur dan terkenal dari kitab selain ini. Karena kitab ini banyak
berisi riwayat dari orang-orang yang tidak dikenal. Juga terdapat
perkara-perkara yang jauh (dari agama dan akal), kesesatan-kesesatan,
dakwaan-dakwaan dan perkataan yang batil tidak terbatas. Semua itu
tidak pantas dinisbatkan kepada Syaikh Abdul Qadir Al Jailani.
Kemudian aku dapatkan bahwa Al Kamal Jafar al Adfawi telah
menyebutkan bahwa Asy Syathnufi sendiri tertuduh berdusta atas
kisah-kisah yang diriwayatkannya dalam kitab ini."
Ibnu Rajab juga berkata, "Syaikh Abdul
Qadir Al Jailani memiliki pendapat yang bagus dalam masalah tauhid,
sifat-sifat Allah, takdir, dan ilmu-ilmu marifat yang sesuai dengan
sunnah. Beliau memiliki kitab Al Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq,
kitab yang terkenal. Beliau juga mempunyai kitab Futuhul Ghaib.
Murid-muridnya mengumpulkan perkara-perkara yang banyak berkaitan
dengan nasehat dari majelis-majelis beliau. Dalam masalah-masalah
sifat, takdir dan lainnya, ia berpegang pada sunnah. "
Imam Adz Dzahabi mengatakan, "intinya
Syaikh Abdul Qadir Al Jailani memiliki kedudukan yang agung. Tetapi
terdapat kritikan-kritikan terhadap sebagian perkataannya, dan Allah
menjanjikan (ampunan atas kesalahan-kesalahan orang-orang beriman).
Namun sebagian perkataannya merupakan kedustaan atas nama beliau."
(Syiar XX/451).
Imam Adz Dzahabi juga berkata, "Tidak ada
seorangpun para ulama besar yang riwayat hidup dan karamahnya lebih
banyak kisah hikayat, selain Syaikh Abdul Qadir Al Jailani, dan
banyak di antara riwayat-riwayat itu yang tidak benar bahkan ada yang
mustahil terjadi."
Syaikh Rabi bin Hadi Al Makhdali berkata dalam
kitabnya, Al Haddul Fashil, hal.136, "Aku telah mendapatkan
aqidah beliau (Syaikh Abdul Qadir Al Jailani) di dalam kitabnya yang
bernama Al Ghunyah. Maka aku mengetahui dia sebagai seorang Salafi.
Beliau menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah dan aqidah-aqidah
lainnya di atas manhaj salaf. Beliau juga membantah kelompok-kelompok
Syiah, Rafidhah, Jahmiyyah, Jabariyyah, Salimiyah, dan kelompok
lainnya dengan manhaj Salaf.

No comments:
Post a Comment